Pendidikan

Revolusi SDM di Undana: 36 Guru Besar Lahir Demi Akreditasi Unggul

Kupang, Sonaf NTT-News.com. Universitas Nusa Cendana (Undana) tengah melakukan lompatan besar dalam pembangunan pendidikan tinggi melalui revolusi sumber daya manusia. Di bawah kepemimpinan Rektor Prof. Dr. drh. Maxs U.E. Sanam, M.Sc, Undana mencetak sejarah dengan melahirkan 36 guru besar baru dalam upaya strategis meningkatkan akreditasi program studi dan institusi secara keseluruhan.

 

Prof. Max menguraikan bahwa kemajuan sebuah daerah tidak hanya ditentukan oleh kekayaan sumber daya alam, tetapi yang jauh lebih penting adalah kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki.

 

“Negara-negara besar tidak hanya unggul karena SDA, tetapi karena SDM yang inovatif, produktif, dan unggul di bidangnya. Ini yang ingin kita wujudkan di Undana,” tegasnya kepada awak media di ruang kerjanya, rabu 27/8/2025.

 

Rektor Max mengungkapkan bahwa salah satu indikator utama dalam meraih akreditasi unggul adalah kekuatan SDM, terutama dalam hal jumlah guru besar, doktor, dan dosen berkualifikasi tinggi. Ketika ia menjabat pada Desember 2021, hanya satu program studi yang terakreditasi unggul di program studi peternakan, kini, lewat kebijakan percepatan peningkatan SDM, capaian itu terus meningkat secara signifikan.

 

“Jika kita ingin program studi terakreditasi unggul, maka SDM-nya harus unggul pula. Kita butuh lebih banyak doktor, lektor kepala, dan profesor,” jelasnya. Ia bahkan mendorong dosen-dosen untuk melanjutkan studi S3 melalui berbagai skema, termasuk beasiswa mandiri Undana, mengingat keterbatasan kuota beasiswa LPDP dari pemerintah.

 

 

Langkah nyata lainnya adalah pembentukan tim percepatan guru besar yang diketuai oleh Wakil Rektor I dan melibatkan Wakil Rektor II dan IV. Hasilnya, dalam masa Kepemimpinanya, Undana berhasil menambah 36 guru besar. Padahal, pada 2012, hanya terdapat 20 guru besar, dan saat Prof. Max menjabat, jumlah aktifnya bahkan sempat menyusut menjadi 15 orang karena ada yang sudah purna tugas.

 

Selain itu, rektor juga mengalokasikan insentif riset dan publikasi ilmiah bagi dosen S3 yang tengah menempuh pendidikan. Hal ini diyakini menjadi salah satu strategi ampuh dalam menciptakan budaya akademik yang unggul dan produktif.

 

 

Prof Max Sanam lebih lanjut menjelaskan, di tengah efisiensi anggaran yang diberlakukan Kementerian, Undana sudah lebih dulu melakukan efisiensi, termasuk pemotongan tunjangan remunerasi dari 100% menjadi 40%. “Ini bukan soal penghematan semata, tapi langkah strategis untuk menyelamatkan prioritas utama: pengembangan kualitas SDM dan lembaga,” ujar Prof. Max.

 

Ia juga menegaskan bahwa dana operasional universitas sebagian besar berasal dari mahasiswa, yang mayoritas berasal dari keluarga kurang mampu. Oleh karena itu, pelayanan pendidikan yang terbaik menjadi tanggung jawab moral dan akademik seluruh elemen kampus.

 

 

“Revolusi SDM di Universitas Nusa Cendana menjadi cerminan nyata dari kepemimpinan yang visioner dan progresif. Langkah-langkah strategis yang diambil bukan hanya untuk mengejar akreditasi semata, tetapi lebih jauh lagi, untuk menciptakan generasi intelektual yang berkualitas dan siap bersaing di tingkat nasional maupun global” pungkasnya

 

 

 

About The Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *