TWA Camplong  Sebagai Salah Satu Destinasi Unik & Bertaraf Internasional.

Camplong,sonafntt-news.com.  Taman Wisata Alam  (TWA) Camplong sebagai salah satu Destinasi Unik dan dijamin, kepenatan anda akan memudar seketika saat menghirup sejuknya udara di TWA yang ditumbuhi berbagai jenis pepohonan.

Di TWA Camplong, pengunjung dapat menjumpai pohon yang lingkaran batangnya bisa dipeluk 3-4 orang sekaligus.

Selain berbagai jenis pepohonan, ada juga berbagai jenis satwa seperti Aves Kakatua Putih Kecil Jambul Kuning (cacatua sulphurea) dan Srigunting (Dicrurus leucopatus); reptil seperti biawak timor (varanus timorensis) dan ular sanca Timor (phyton timorensis); monyet ekor panjang (macaca mascicularis), kus-kus (palanger orientalis; dan Insejta Kupu Burung Priamus (Omithoptera Priamus) dan Kupu Raja Plato (Troude Plato).

TWA Camplong juga bisa dijadikan destinasi wisata edukatif karena di tempat ini ada juga gua zaman prasejarah Oenaek.

Di dalam kawasan TWA Camplong, ada sekitar 11 mata air dengan air yang sangat jernih dan sejuk. Air tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat setempat.

Karena keunikan tersebut, TWA Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Provinsi NTT akan mengembangkan Taman Wisata Alam (TWA) Camplong sebagai salah satu destinasi bertaraf internasional karena memiliki potensi alam yang luar biasa dan unik.

Kepala Resort TWA Camplong dan Bipolo, Herry Selan menjelaskan, TWA Camplong memiliki banyak potensi alam luar biasa yang dapat dinikmati saat berkunjung.

Potensi alam yang dimaksud yakni satwa liar seperti kera ekor panjang (Macaca fascicularis), Biawak Timor (Varanus timorensis), Ular Sanca Timor (Phyton timorensis), Srigunting (Dicrurus leucophaeus), Raja Udang (Alcedo atthis) dan beberapa jenis alves lainnya.

Selain itu, adanya gua prasejarah yang dihiasi burung pada pagi hari dan jalur trekking dengan panjang 1,7 KM yang mengelilingi Bumi perkemahan TWA Camplong dan jarak tempuhnya 500 meter.

“TWA Camplong ramai dikunjungi setiap hari. Apalagi sabtu, minggu dan hari libur nasional. Penghasilan yang diperoleh tiga hari rata-rata Rp.500.000 ke atas. Namun saat pandemi Covid-19, TWA Camplong ditutup dengan batas waktu yang tidak ditentukan,” kata Herry.

Ia menambahkan, sesuai juknis konservasi, setiap pengunjung diperbolehkan menikmati suasana alam dan melakukan riset namun, tidak diperkenankan membuang sampah di sembarang tempat, membakar hutan dan jika memasuki gua prasejarah harus dipandu oleh petugas atau tokoh masyarakat setempat.

Menjadi salah satu Destinasi Wisata Go Internasional. Hal ini disebabkan karena TWA Camplong tersebut memiliki Potensi yang unik dan bertaraf internasional.

Hal senada juga dikatakan Kepala Seksi Konservasi Wilayah II Camplong, Lydia Tesa Vitasari Seputro, saat ditemui oleh awak media di TWA Camplong, Selasa (19/08/21).

Menurut Lydia, TWA Camplong memiliki potensi untuk menjadi salah satu Destinasi Wisata Go Internasional karena memiliki daya tarik sendiri, diantaranya memiliki potensi alam yang berbeda dengan obyek wisata lainya.

“Kami optimis ke depan TWA Camplong akan dikembangkan sebagai destinasi yang mendatangkan pengunjung dari luar negeri karena memiliki suasana alam yang unik. Saya merasakan ketika memasuki Area TWA Camplong suhunya dingin bahkan menyejukan hati. Soal anggaran pengembangannya sudah diusulkan ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui BBKSDA Provinsi NTT,” jelas Lydia.

Ia juga menyampaikan bahwa, pihaknya mengelola sekitar sembilan konservasi alam yakni di Kota Kupang, Kabupaten Kupang sampai Kabupaten Rote Ndao. Sementara itu, TWA Camplong memiliki ciri khas alam yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata yang bertaraf internasional.

Menurutnya, keunikan TWA Camplong antara lain: memiliki suasana alam yang sejuk. Selain itu, terdapat juga Gua Prasejarah Oenaek sehingga pengunjung dapat menikmati suasana alam yang sejuk dengan menyaksikan kumpulan burung yang ada di puncak Gua Prasejarah tersebut. Selain itu, pengunjung dapat pula melihat tiga ekor buaya di area tersebut. Potensi lainnya yakni terdapat sumber mata air yang tidak kering pada musim panas.

Selain itu, TWA Camplong juga merupakan salah satu destinasi yang sejuk dan bisa dijadikan sebagai wadah untuk mempererat hubungan keluarga, rekan kerja bahkan dijadikan sarana edukasi, bahkan membuat kenangan indah.

Menurut Lulusan Magister salah satu Universitas di Jepang itu, TWA Camplong berada di empat wilayah desa yaitu: Desa camplong I, Desa Camplong II, Desa Naunu dan Desa Oebola. Keempat Desa tersebut berada dalam wilayah Kecamatan Fatuleu, Kabupaten Kupang.

Selanjutnya, Berdasarkan letak astronomis, TWA Camplong terletak antara 1230 39’ – 1240 23’ Bujur Timur dan 90 57’ – 100 30’ Lintang Selatan. TWA Camplong memiliki luas wilayah 596,60 ha, dan berada pada ketinggian 92-425 mdpl dengan kemiringan lahan sedang sampai landai (15°-25°).

Terkait pengembangannya, lanjut Lydia, sudah direncanakan secara matang oleh tim sesuai usulan ke KLHK. Prinsipnya adalah menyediakan sarana dan prasarana yang memadai seperti penataan fasilitas Kamar Mandi, WC dan makanan lokal dengan harga murah.

Selain itu, dapat dilaksanakan event-event dengan menampilkan ciri khas budaya setempat oleh pemuda untuk memberikan edukasi yang menarik perhatian publik.

“Konsep Multiplier Effect dari TWA Camplong yang didesain oleh BBKSDA bagi masyarakat yaitu akan menarik wisatawan baik itu mancanegara maupun lokal. Peluang itu yang akan menjadi salah satu kesempatan masyarakat untuk meningkatkan pendapatan dengan menjual souvenir, miniatur, serta makanan khas Camplong,” tegas Lidya.

Sementara itu, menurut Humas BBKSDA Provinsi NTT Yos Rangga, TWA Camplong memiliki ciri khas alam yang luar biasa sehingga memberi kedamaian bagi siapa saja yang berkunjung.Ia juga menyampaikan bahwa jika dikelola dengan baik, TWA Camplong akan memberikan manfaat yang besar untuk pemerintah bahkan bisa menjadi salah satu lokomotif ekonomi daerah.

“Konsep pengembanganya harus dilakukan secara baik dengan memanfaatkan potensi yang ada, agar memberikan dampak produktif yang berkelanjutan bagi masyarakat setempat “ujar Yos. (SN/tim)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *