Pendidikan

Literasi Dasar Sangat Penting Untuk Tingkatkan Kompetensi Mahasiswa di Era Disrupsi

Kupang, Sonaf NTT-News.com. Di era disrupsi seperti saat ini kompetensi diri mahasiswa sangat diperlukan sebagai bekal untuk masa depannya. Karena itu, penguatan dan pemahaman tentang literasi dasar mutlak diperlukan. “Pada dasarnya, istilah literasi ini kita pergunakan karena melihat hakikat kemampuan membaca dan menulis itu adalah kemampuan untuk menyampaikan dan menerima pesan,” ucap Valerius P. Guru, S.Sos, M.Pd saat tampil sebagai narasumber kegiatan Latihan Kepemimpinan Kader (LKK) PMKRI Cabang Kupang di Aula Susteran Belo, Selasa 11 Februari 2025.

Mengutip pandangan Kellner dan Share (2003: 369), sebut Verry yang juga Kasubag Kepegawaian dan Umum BPPD Provinsi NTT, literasi berkaitan dengan perolehan keterampilan dan pengetahuan untuk membaca, menafsirkan dan menyusun jenis-jenis teks dan artifak tertentu, serta untuk mendapatkan perangkat dan kapasitas intelektual sehingga bisa berpartisipasi secara penuh dalam masyarakat dan kebudayaannya.
“Artinya, dengan literasi orang bisa meningkatkan harkat, martabat dan perannya di tengah masyarakat. Sehingga ada keterkaitan antara literasi dan pendidikan. Pendidikan antara lain mengajarkan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung sehingga peserta didik meningkat kapasitas intelektualnya dan memiliki perangkat berpikir yang memadai untuk menjalankan perannya di tengah masyarakat dan kebudayaannya,” katanya.

Dia menjelaskan, literasi ini terkait dengan perolehan kompetensi-kompetensi yang saling terkait untuk belajar secara efektif dan secara sosial memanfaatkan bentuk-bentuk komunikasi serta representasi yang dikonstruksi. “Literasi adalah kemampuan seorang individu untuk membaca dan menulis yang ditandai dengan kemampuan memahami pernyataan singkat yang ada hubungannya dengan kehidupannya,” sebut Verry, mengutip UNESCO, Badan PBB yang menangani pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan.

Dikatakan Pemerintah Provinsi NTT juga telah memiliki dasar hukum yang berkaitan dengan literasi yakni Perda Nomor 5 tahun 2021 tentang Pengembangan Budaya Literasi. “Dalam Pasal 1 ayat 8 disebutkan bahwa literasi adalah kemampuan untuk memaknai informasi secara kritis sehingga setiap orang dapat mengakses ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas hidupnya,” tandas alumni PMKRI Cabang Kupang tahun 1992.

Komponen literasi
Pada bagian lain, Verry yang sedang studi doktoral di STT IKAT Jakarta menjelaskan lima komponen literasi yakni : pertama, literasi dasar yaitu komptensi untuk mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan menghitung. Kedua, literasi perpustakaan, yaitu kemampuan lanjutan untuk dapat mengoptimalkan literasi perpustakaan yang ada. Ketiga, literasi media, yaitu kemampuan untuk mengetahui berbagai bentuk media yang berbeda, seperti media cetak, mediaelektronik (media radio, media televisi), media digital (media internet), dan memahami tujuan penggunaannya. Keempat, literasi teknologi, yaitu kemampuan memahami kelengkapan yang mengikuti teknologi seperti peranti keras (hardware), peranti lunak (software), serta etika dan etiket dalam memanfaatkan teknologi. Kelima, literasi visual, adalah pemahaman tingkat lanjut antara literasi media dan literasi teknologi, yang mengembangkan kompetensi dan kebutuhan belajar dengan menggunakan materi visual dan audio-visual secara kritis dan bermartabat.

“Lima komponen literasi ini masih sangat kurang. Karena itu, individu apalagi kalangan generasi muda mahasiswa kita belum mampu menggunakan berbagai pengetahuan, keterampilan, dan keahlian untuk meningkatkan kualitas hidup secara berarti,” kritiknya.
Karena itu, ke depan sebut dia, di era disrupsi ini; periode di mana teknologi, inovasi, dan perubahan sosial secara signifikan mengganggu atau mengubah industri, bisnis, dan cara hidup manusia termasuk para mahasiswa maka diperlukan kemampuan baik itu pengetahuan, keterampilan, dan sikap hidup. “Ada tujuh kemampuan yang harus dimiliki mahasiswa antara lain kecakapan berbicara di depan umum, memahami IT, mudah menjalin relasi, kemampuan menulis, kepemimpinan, berpikir kritis dan problem solving serta kemampuan mengatur waktu,” tandasnya.

Usai berbagai pengalaman tentang kompleksitas literasi dalam meningkatkan kompetensi mahasiswa di era disrupsi, dilanjutkan dengan sesi berbagi buku dan foto bersama para peserta LKK.

Di tempat yang sama, Ketua Steering Committee kegiatan LKK PMKRI Cabang Kupang, Nufri Nai Susu mengaku, bangga dan bahagia bisa mendengar dan berbagi pengalaman tentang kompleksitas literasi untuk meningkatkan kompetensi mahasiswa di era disrupsi. “Terima kasih kakak untuk sharing pengalaman dan berbagi buku di kegiatan LKK ini,” ucap Nufri.

Sebagaimana diketahui jumlah peserta LKK PMKRI Cabang Kupang sebanyak 30-an peserta yang berasal dari PMKRI Cabang Kupang, PMKRI Cabang Kefamenanu, PMKRI Cabang Belu dan PMKRI Cabang Malaka. Digelar sejak Minggu 9 Februari 2025 dan berakhir pada Sabtu, 15 Februari 2025. (Verry Guru/SN)

About The Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *