Pemprov NTT Dinilai  Bangun 12 Unit  Rumah Tidak Layak Bagi  Warga Besi Pae 

TTS,Sonafntt-news.com. Pemerintah Provinsi NTT dinilai membangun 12 unit  rumah tidak layak huni bagi warga Besipae,Desa Mio Kecamatan Amanuban Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) dengan hanya membangun rumah berukuran 4×5 M, layaknya membangun sebuah kandang dan tidak layak huni  warga setempat . Sementara itu, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) NTT,  hanya melihat saja  atas sikap Pemprov NTT.

Hal ini disampaikan oleh  Ketua Aliansi Anti Korupsi Indonesia  (Araksi)  Alfred Baun saat jumpa pers di Besipae, Amanuban Selatan Kabupaten TTS pada Jumat (11/06/2021).

“Rumah warga (warga Besipae desa Mio) pada awalnya layak huni, tetapi Pemerintah Provinsi NTT  gusur. Kemudian membangun rumah rumah dengan ukuran 4×5 M tanpa kamar tidur. Rumah tanpa kamar dan jendela ini bagaimana keluarga bisa tidur malam bersama keluarga?.Kami minta ketua DPRD NTT   Emilia  Nomleni,   datang lihat dulu sebagai kontrol sosial dan memberikan solusi atas persoalan yang sementara dialami warga.

Ketua Araksi, Alfred Baun saat mengunjungi salah satu keluarga di Besipae yang menghuni rumah yang dibangun Pemprov NTT berukuran 4×5 M (11/06/2021)

Menurut Alfred Baun, dulu masyarakat Besipae menangis dan menjerit kepada Gubernur NTT, VBL karena rumah mereka digusur. Lalu Gubernur VBL  berjanji, “tenang, saya akan membuat hidup kamu lebih baik lagi dari yang sekarang. Saya bikin ini (gusur rumah warga dan bangun rumah 4×5 M, red) untuk kamu baik. Tapi itu bahasa apa? Bahasa untuk membuat mereka (warga Besipae) menjadi  tenang, buat mereka untuk diam, ” ungkap Alfred.

Ketua Araksi itu pun menilai program Gubernur VBL gagal total, karena membangun rumah warga saja tidak menunjukkan masyarakat bangkit dan sejahtera, tetapi lebih memiskinkan masyarakat.

“Sampai rakyat digusur, maka sesungguhnya negara hadir untuk apa? Dulu banyak yang bilang gubernur VBL datang untuk membawa perubahan bagi masyarakat NTT.  Mana buktinya pembangunan yang konkret dan menunjukkan masyarakat bangkit dan sejahtera? Bangkit saja tidak, apalagi sejahtera!” kritiknya lagi.

Lebih lanjut, Alfred Baun mengingatkan Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat untuk tidak menghamburkan uang di untuk sesuatu yang hampa di Besipae. “Itu tidak boleh!” tandasnya.

Ketua Araksi NTT dalam kesempatan itu mengingatkan Ketua DPR NTT, Emi Nomleni, bahwa dalam situasi demikian, Ketua DPRD NTT seharusnya lebih merepresentasi masyarakat TTS untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat Besipae, mengkritisi pemerintah dan tidak boleh mengikuti saja apa yang dilakukan Pemprov NTT terkait Besipae.

“Ketua DPR seharusnya jalankan fungsi kontrol terhadap pemerintah (Gubernur VBL, red). Kalau diam, maka untuk apa duduk di DPR? “

Menurut Alfred Baun, kehadiran Gubernur, Bupati, DPR, atau kehadiran Negara seyogyanya untuk  membuat rakyat menjadi baik.  “Kalau hanya hadir untuk membuat susah masyarakat, untuk menggolkan satu program,  maka program itu untuk apa? Masa, Gubernur dengan dana Provinsi hanya mampu bangun 37 (Tiga Puluh Tujuh) unit rumah dengan ukuran 4×5 saja,” kritiknya lagi.

Seperti disaksikan tim media ini, tampak 12 unit rumah darurat dengan ukuran sekitar 4×5 m yang dibangun Pemprov NTT.

Rumah berukuran 4×5 M tersebut tidak memiliki daun jendela, hanya daun pintu dari selembar seng, tak ada kamar tidur, tanpa pondasi dan berlantai tanah. Tinggi dinding (dinding dari bebak/pelepah gewang) sekitar 2 meter. Rumah berbentuk dua air itu di atap dengan sekitar 20 lembar seng. 

Untuk diketauhui rumah tersebut dibangun di atas lahan ukuran 800 meter persegi.

Tampaknya anak-anak Besipae bermain di sekitar pekarangan rumah dengan pakaian dan tubuh berdebu karena tidak ada fasilitas air bersih yang disediakan Pemprov NTT. Selain itu tidak ada MCK (Mandi, Cuci, Kakus).

Seperti diberitakan sebelumnya, Pemprov NTT menggusur puluhan rumah warga Besipae untuk ditanami kelor dan pakan ternak. Sempat terjadi konflik antara warga setempat dengan Pemprov NTT. Bahkan Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat disambut oleh mama-mama bertelanjang dada.

Namun pantauan tim media ini di lokasi Besipae, tak ada kelor dan tanaman pakan ternak yang tumbuh di lokasi tersebut. Lokasi tersebut tampak dibiarkan terbengkalai begitu saja. (Tim).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *