Sambut Ibu – Ibu Penari di Kantor DPRD Belu, Sipri Temu : Wibawa Lembaga Ini Kami Pertaruhkan.
Atambua, SonafNtt – news.com. Sambut Ibu – ibu penari yang baru pulang dari Eropa dalam memperkenalkan budaya Belu, mendapat apresiasi dari Pimpinan dan Anggota DPRD Belu dan menyebut bahwa wibawa lembaganya akan dipertaruhkan dalam membantu mereka.
Hal ini disampaikan oleh Wakil Ketua DPRD Belu Siprianus Temu, saat bersama pimpinan dan Anggota menyambut kedatangan Ibu – ibu penari di kantor DPRD Belu, Selasa 9/11/2021).
Dalam kesempatan itu, Pimpinan dan Anggota DPRD Belu, memberikan apresiasi terhadap Ibu – ibu penari tersebut, dikarenakan telah membawa nama Kabupaten Belu ke Luar Negeri, bukan saja membawa Belu, tapi membawa nama Indonesia dalam mempromosikan likurai dan budaya Belu.
” Kita memberikan apresiasi bagi Ibu – ibu penari ini, karena telah memperkenalkan budaya kita di mancanegara.Masa sudah bawa nama Belu dan Negara ini, ko ada surat- surat segala…kami akan mempertaruhkan wibawa lembaga ini, Kita akan berupaya dengan optimalkan potensi yang ada yang diwujudkan melalui segala kebijakan dari lembaga DPRD dan salah satunya soal SP2 Bupati Belu terhadap ibu ibu Belu yang masuk dalam Tenaga Kontrak Daerah,” Ujar Politisi dari Partai NasDem ini, seperti yang dikutip dari RajawaliNew.id.
Sementara itu Rini Ratu Dabbo salah satu dari penari Ibu – ibu Belu itu, kepada media ini mengatakan bahwa, karya yang dipentaskan merupakan tarian kontemporer.
” Karya yang kami pentaskan itu, merupakan tarian kontemporer. dimana, karya kolaborasi antara tarian tradisi dan karya modern yang dinamis. Isinya itu bukan hanya sekedar tarian likurai saja, tetapi kami juga membawa tais untuk dipromosikan disana dan juga lagu daerah kita.jadi karya ini diberi judul Ibu – ibu baris of border, yang ceritanya atau karya ini bercerita tentang bagaimana kehidupan perempuan di perbatasan.Jadi, tidak terlepas ketika orang bilang perempuan Belu itu likurai saja, tetapi kita sampaikan bahwa, perempuan Belu itu bisa banyak hal. bisa menyanyi, bisa menenun.
karya ini bercerita tentang bagaimana kehidupan sehari hari perempuan di perbatasan,ada sedikit juga mengusung tentang perpisahan dengan saudara- saudari kita dari Timor Leste,dulu kita itu satu tetapi karena tragedi kita dipisahkan oleh satu garis perbatasan,dulu kita bebas masuk keluar Timor leste tapi sekarang ada batasnya..Jadi kita harus pake paspor melewati pintu batas, baru bisa bertemu saudara- saudari kita disana,” ujar Rini sapaan akrabnya ini.
Lebih lanjut menurutnya, pihaknya tidak menginginkan yang muluk – muluk dalam kegiatannya itu, namun sangat diharapkan perhatian dari Pemerintah.’ Kami tidak menuntut apa – apa, tetapi kami hanya meminta perhatian dari Pemerintah.perhatian itu dalam bentuk dukungan kepada kami karena, kemarin berangkat kesana bukan bawa nama kami, tetapi disana, kami murni membawa nama kabupaten Belu,” Tutupnya seperti dikutip dari RajawaliNews.id.(DF / SN).