daerah

Kepala BPS NTT Akui Produksi Padi Kota Kupang Tergolong Rendah

Kupang, Sonaf NTT-News.com. Berdasarkan data statistik Kota Kupang bersama dua kabupaten lainnya yakni Kabupaten Lembata dan Kabupaten Sabu Raijua, produksi padinya tergolong rendah oleh karena itu hal ini harus di perhatikan dengan baik oleh semua stakholder sebagai solusi untuk perkuat Ketahanan Pangan.

Hal ini diakui Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTT, Matamira Kale saat menggelar jumpa pers, pada Jumat (1/11/2024).

Matamira Kale menjelaskan bahwa Kebutuhan Pangan di seluruh Kabupaten termasuk Kota Kupang saat ini permintaannya sangat tinggi oleh karena itu stakholder yang terkait harus mampu menciptakan inovasi-inovasi baru guna meningkatkan produksi petani dengan mengoptimalkan potensi yang ada.

Sedangkan untuk tiga kabupaten yang total produksi padinya tertinggi, yakni Kabupaten Manggarai Barat, Manggarai, dan Manggarai Timur.

Lebih di lanjut ia menerangkan, Penurunan produksi padi yang cukup besar pada 2024, terjadi di beberapa wilayah sentra produksi padi seperti Kabupaten Kupang, Sumba Timur, dan Ngada.

Di sisi lain, tambah Matamira, terdapat beberapa kabupaten / kota yang mengalami peningkatan produksi padi cukup besar, misalnya Kabupaten Nagekeo, Manggarai Barat, dan Manggarai.

Menurut Matamira, jika produksi padi dikonversikan menjadi beras sepanjang Januari – September 2024, diperkirakan setara dengan 338,72 ribu ton beras, atau mengalami penurunan sebesar 33,03 ribu ton (8,88 persen) dibandingkan Januari−September 2023 yang sebesar 371,75 ribu ton.

“ Potensi produksi beras sepanjang Oktober – Desember 2024 mencapai 75,33 ton. Dengan demikian, total produksi beras pada 2024 diperkirakan sekitar 414,06 ribu ton, atau mengalami penurunan sebesar 35,09 ribu ton (7,81 persen) dibandingkan produksi beras pada 2023 yang sebesar 449,14 ribu ton,” tandasnya.

Pada kesempatan tersebut, Matamira juga menjelaskan produksi beras terendah terjadi pada bulan Februari, yaitu sebesar 6,85 ribu ton.
“Kondisi ini mirip dengan tahun 2023, di mana produksi beras tertinggi terjadi di bulan Mei dan produksi beras terendah terjadi pada bulan Februari,” ungkap

Ia menegaskan, hal ini menjadi perhatian untuk memperkuat ketahanan pangan di Kota Kupang, termasuk melalui kebijakan adaptasi terhadap perubahan iklim serta peningkatan teknologi dan praktek pertanian yang lebih efisien.

About The Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *