Nasional

NTT Jadi Provinsi Pertama Aktifkan SIZE, Menko PMK: Ini Kunci Cegah Wabah Rabies dan TBC

Kupang, SonafNTT-News.com. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) resmi menjadi daerah pertama di Indonesia yang mengaktifkan Sistem Informasi Zoonosis dan Emerging Infectious Diseases (SIZE), sebuah terobosan digital dalam penanganan cepat penyakit menular seperti rabies dan tuberkulosis (TBC). Langkah strategis ini diapresiasi langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno, yang menyebutnya sebagai “kunci penting” dalam mencegah meluasnya wabah.

Dalam sambutannya secara daring di Aula Fernandez, Kantor Gubernur NTT, Menko PMK menekankan bahwa penyebaran rabies di NTT sudah berada di level darurat nasional. Selama tiga tahun terakhir, NTT mencatat lonjakan drastis kasus gigitan hewan penular rabies, terutama anjing liar tanpa vaksinasi rutin, yang menyebabkan ratusan korban jiwa.

“Ini bukan lagi sekadar angka di laporan. Ini adalah kisah nyata kehilangan anak, saudara, dan orang tua kita. Kita tidak bisa menunggu lebih lama. Kita harus bertindak sekarang,” tegas Pratikno.

Aplikasi SIZE menjadi jembatan penghubung antara data kesehatan manusia dan data hewan, yang selama ini berjalan sendiri-sendiri. Melalui integrasi ini, setiap laporan gigitan hewan bisa langsung ditindaklanjuti secara real-time oleh petugas kesehatan dan petugas veteriner.

“Dengan SIZE, kita bisa tahu hari ini terjadi gigitan di kecamatan mana, dan langsung kirim respons. Ini bukan hanya soal data, ini soal nyawa,” ujar Pratikno.

NTT dipilih sebagai provinsi pertama karena tingginya kasus rabies, serta komitmen kuat dari pemerintah daerah dalam menangani masalah kesehatan berbasis digital dan kolaboratif.

Tak hanya rabies, Menko PMK juga menyoroti tingginya beban TBC di NTT, menjadikan provinsi ini sebagai salah satu wilayah prioritas nasional dalam penanganan TBC. Ia mendorong pendekatan serupa seperti SIZE untuk mendeteksi dan menindaklanjuti kasus TBC secara cepat, tepat, dan terintegrasi.

“Gerakan TOSS TBC — Temukan, Obati Sampai Sembuh — harus digerakkan secara masif. Ini bukan hanya urusan dokter, ini urusan semua pihak: pemerintah, tokoh masyarakat, pendidik, hingga media,” jelasnya.

Salah satu penyebab tingginya korban rabies di NTT adalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang langkah pertama setelah digigit hewan. Pratikno mengajak seluruh elemen masyarakat untuk terlibat aktif dalam edukasi, dari guru, pemuka agama, tokoh masyarakat dan seluruh pihak hingga media media

“Banyak yang meninggal bukan karena tidak ada vaksin, tapi karena tidak tahu harus ke puskesmas. Edukasi itu menyelamatkan,” tegasnya.

Kegiatan ini dihadiri oleh Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan Kemenko PMK Sukadiono, Staf Ahli Bidang Perekonomian Pemprov NTT Linus Lusi, Kepala Dinas Peternakan NTT Yohanes Oktavianus, Kepala Dinas Kesehatan NTT Lien Andriany, perwakilan Palang Merah Internasional, FAO, serta peserta dari Dinas Kesehatan, Dinas Peternakan, dan tenaga kesehatan manusia maupun hewan se-NTT.

Staf Ahli Ekonomi mewakili Pemprov NTT Linus Lusi menyampaikan kebanggaan NTT bisa menjadi provinsi pertama yang mengaktifkan SIZE. Ia menilai langkah ini menjadi tonggak penting menuju sistem kesehatan yang tanggap, berbasis data, dan kolaboratif.

“Dengan SIZE, kita tidak hanya merespons cepat, tapi juga bisa merancang kebijakan lebih presisi,” ujar Linus.

Peluncuran SIZE di NTT bukan hanya soal teknologi baru. Ini adalah simbol komitmen kolektif melindungi masyarakat dari ancaman penyakit mematikan. Dalam momentum Hari Rabies Sedunia 2025, pemerintah pusat menjadikan NTT sebagai etalase nasional bagaimana kolaborasi, digitalisasi, dan edukasi bisa menyelamatkan nyawa.

“NTT adalah tanah yang tangguh, dengan semangat gotong royong yang luar biasa. Inilah kekuatan kita untuk hentikan rabies, lawan TBC, dan menghadapi ancaman pandemi di masa depan.”

Rangkaian kegiatan juga diisi dengan talkshow interaktif bertema “Peran Pemerintah, Sivitas Akademika, Masyarakat, dan Komunitas dalam Pencegahan dan Pengendalian Rabies di Provinsi NTT dan Indonesia”, yang menghadirkan narasumber dari Kemenko PMK, Kementerian Pertanian, Kementerian Kesehatan, Pemerintah Daerah NTT, Universitas Nusa Cendana, dan Palang Merah Indonesia.

Sebagai penutup rangkaian kegiatan, akan dilaksanakan Car Free Day Hari Rabies Sedunia 2025 di Jalan El Tari, Kota Kupang, dengan kegiatan pemeriksaan kesehatan hewan peliharaan, dan pemeriksaan kesehatan gratis bagi masyarakat.

About The Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *