Bangkitkan Ekonomi NTT dari Desa, Agustinus Nahak Ajak HIPMI dan UMKM Berkolaborasi
Kupang, SonafNTT-News.com Anggota DPRD Nusa Tenggara Timur (NTT) Agustinus Nahak menegaskan pentingnya kolaborasi antara pengusaha muda dan pelaku UMKM untuk menggerakkan ekonomi daerah, khususnya dari sektor desa.
Dalam keterangan pers kamis 30/10/2025, Anggota DPRD NTT Agustinus Nahak menyoroti peran Ketua HIPMI NTT terpilih sebagai salah satu kader Golkar yang sudah aktif membina dunia usaha lokal.
Menurut Nahak, NTT memiliki potensi besar hasil alam dan produk khas daerah seperti ubi Ende, kopi Manggarai, dan kemiri. Sayangnya, selama ini sebagian besar bahan mentah tersebut dijual keluar daerah, sehingga nilai tambah ekonomi tidak dinikmati sepenuhnya oleh masyarakat lokal.
“Kita punya hasil alam luar biasa, tapi belum ada yang mengolahnya dengan serius. Kolaborasi dengan pengusaha muda bisa mengubah ini menjadi peluang ekonomi nyata,” jelas Nahak.
Ia menambahkan, untuk memaksimalkan potensi UMKM, yang dibutuhkan bukan sekadar modal besar, tetapi pendampingan, pengalaman, dan jaringan pengusaha yang mampu membantu pemasaran produk lokal ke pasar nasional. Nahak mencontohkan, pengolahan kemiri menjadi minyak kemiri atau kopi Manggarai yang dikemas secara modern dapat menjadi daya tarik pasar luas dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.
Lebih lanjut, anggota DPRD NTT dapil TTU, Belu, dan Malaka menekankan pentingnya setiap kabupaten di NTT untuk mengembangkan produk unggulan lokalnya. Dengan dukungan HIPMI dan jaringan pengusaha muda di seluruh Indonesia, hasil alam NTT dapat diolah menjadi produk bernilai tinggi, membuka lapangan kerja, dan menekan angka pengangguran.
Ia juga menyoroti strategi pembangunan ekonomi berbasis desa, yang tidak hanya mengandalkan sumber daya alam, tetapi juga kreativitas, inovasi, dan kolaborasi antar-pelaku usaha.
Wakil ketua Komisi V DPRD NTT menegaskan Kolaborasi HIPMI dan UMKM NTT menjadi kunci untuk mengubah potensi lokal menjadi kekuatan ekonomi nyata, menjaga agar hasil alam tidak lagi “kabur” ke luar daerah, sekaligus membuka jalan bagi kemandirian ekonomi masyarakat desa
